Monday 3 May 2010

Kesabaran Rasulullah Menghadapi Umatnya

Diriwayatkan seorang lelaki bangsa Arab bernama Tsamamah bin Itsal dari Kabilah al-Yamamah, pergi ke Madinah Al-Munawarah dengan tujuan hendak membunuh Nabi saw. Dengan tekad bulat dan semangat kuat ia pergi ke majelis Rasulullah saw.

Umar bin Khatthab sudah mencium maksud jahat kedatangan orang itu. Maka ia pergi menghampirinya dan langsung mengusut, “Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang musyrik?”

Orang itu terang-terangan berkata, “Aku datang ke negeri ini hanya untuk membunuh Muhammad!”

Mendengar perkataan keji itu Umar dengan cepat dan tangkas langsung melucuti pedangnya, sekaligus meringkusnya. Kemudian orang itu diikat di salah satu tiang masjid.

Umar bin Khatthab segera pergi melaporkan kejadian kapada Rasulullah. Namun Rasulullah yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam tidak menanggapi positif perbuatan sahabatnya. Rasulullah cepat keluar dari rumahnya menemui orang yang hendak membunuhnya. Setelah tiba di tempat majelis, Rasulullah mengamati wajah orang yang hendak membunuhnya itu, sementara Umar sudah tidak sabar menunggu perintah utnuk memenggal leher orang durjana itu.

Sesudah mengamati wajahnya denagn cermat, Rasulullah lalu menoleh kepada para sahabatnya dan bertanya, “Apakah ada diantara kalian yang sudah memberinya makan?”

Umar terdiam sejenak mendengar pertanyaan tersebut. Dia yang tadi menuggu diperintah membunuhnya malah ditanya tentang pemberian makan kepada orang itu. Umar swakan tidak percaya denga apa yang didengarnya, maka dia bertanya, “Makanan apa ya Rasulullah? Makanan apa yang akan dia makan? Orang ini datang ke sini sebagai pembunuh, bukan datang ingin masuk Islam!” Namun Rasulullah tidak menghiraukan uacpan Umar, bahkan beliau memerintahkan, “Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku, buka tali pengikat orang itu!”

Umar bin Khatthab bukan main marahnya dengan si musyrik itu. Sesudah ia diberi minum, Rasulullah memerintahkan dengan sopan kepadanya, “Ucapkanlah Tiada Tuhan Selain Allah. Si musyrik menjawab, “Aku tidak akan mengucapkannya.” Rasulullah berkata lagi, “Katakanlah, ‘Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi Muhammad adalah Rasul Allah’.” Namun orang itu tetap berkata dengan nada keras, “Aku tidak akan mengatakannya!”

Rasulullah kemudian memutuskan untuk membebaskan orang itu, dan orang musyrik itupun bangkit dan pergi seolah-olah hendak kembali ke negerinya. Tetapi belum berapa jauh dia melangkah dari masjid, dia kembali lagi kepada Rasulullah seraya kata, “Ya Rasulullah, aku bersaksi,’Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah’.”

Rasulullah bertanya kepadanya, “Kenapa engkau tidak mengucapkannya ketika aku memerintahkan kepadamu?”

Orang itu menjawab, “Aku tidak mau mengucapkannya ketika masih belum kau bebaskan karena aku khawatir ada orang yang menganggap aku masuk Islam karena takut kepadamu. Akan tetapi, setelah aku dibebaskan, aku masuk Islam semata-mata karena mengharap keridhaan Allah Robbul ‘alamin.”

Pada satu kesempatan, Tsamamah bin Itsal berkata, “Ketika aku memasuki kota Madinah, tidak ada seorang pun yang paling aku benci lebih dari Muhammad. Tetapi sesudah aku meniggalkan kota ini, tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang lebih kucintai selain Muhammad Rasulullah.”
(Sumber : Nasiruddin, S.Ag, MM, 2007, Kisah Orang-Orang Sabar, Republika, Jakarta.)

Sumber : buabuazone88.blogspot.com

No comments:

Post a Comment